Jumat, 29 Mei 2015

Respirometer

  I.            TUJUAN
 Menganalisis pemanfaatan oksigen pada hewan insekta.

II.            DASAR TEORI
Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik.
Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan H2O. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi yang berlangsung di alat pernafasan. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan CO2.
           
Alat pernafasan serangga berupa sistem trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengeluarkan CO2. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran kecil yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Jadi dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuh serangga (spirakel). Selanjutnya udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Terjadinya pertukaran gas sisa terjadi karena kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Serangga yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah belalang kayu, dengan klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acridoidea
Genus : Valanga
Species : Valanga nigricornis





III.            METODE PENELITIAN
1)      Alat dan Bahan:
Respirometer
Larutan KOH 4% atau NaOH
Larutan eosin
Belalang

2)    Prosedur Kerja:
                1. Periksa respirometer, di dalam respirometer tidak boleh ada air
                2. Tetesi kapas dengan KOH atau beri Kristal NaOH. Masukkan kapas ke dalam botol respirometer. Jangan sampai terkena tangan, gunakan pinset.
                3. Timbang insekta yang kamu gunakan. Masukkan satu jenis insekta ke dalam botol respirometer. Tutuplah botol respirometer. Olesi tutup botol dengan vaselin agar tidak bocor.
                4. Letakkan respirometer pada meja. Pada ujung pipa tetesi dengan larutan eosin  menggunakan pipet. Sebelumnya, di bawah ujung pipa kamu alasi tissue/kapas agar eosin tidak tercecer.
                5. Amati mulai titik awal eosin. Amati apakah ada gerakan eosin. Lakukan pengukuran setiap 1 menit hingga seluruhnya menajadi 5 menit. Lakukan lagi 5 menit kedua dan 5 menit ketiga.
                6.   Kalau masi ada waktu, lakukan berulang kali dengan menggunakan jenis insekta yang lain.
                7.   Matikan salah satu insekta tersebut, kemudian masukkan dalam respirometer. Adakah gerakan air pada pipa?

IV.            SAFETY SKILL
Mengidentifikasi
Menganalisis

Menjelaskan
V. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
Gambar disamping adalah respirometer yang terdapat belalang didalamnya. Kami meletakkan 1 belalang yang bermassa 0.2 gram. Belalang tersebut sedang berusaha menghirup oksigen yang ditandai oleh indikator yang terus bergerak di dalamnya. Kegunaan respirometer di percobaan ini adalah untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme (belalang) dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Sedangkan fungsi kristal KOH atau NaOH dalam percobaan ini adalah untuk mengikat karbondioksida agar tekanan di dalam botol yang ditutup rapat dengan valesin menjadi rendah sehingga kadar oksigen yang dihirup oleh belalang dapat diukur. KOH dan NaOH dapat mengikat CO2 karena mereka bersifat higroskpis. Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi.  
Berikut adalah data dari hasil percobaan kami :
Dapat dilihat dari data diatas bahwa terjadi perbedaan yang cukup jauh antara 5 menit pertama dan kedua. Namun tidak dengan 5 menit kedua dan ketiga. Hal tersebut dikarenakan ia diletakkan didalam botol tertutup rapat sehingga sangat sulit mendapat oksigen. Karena itu, belalang menjadi semakin lemas dan tidak bisa menarik oksigen sekuat awalnya.

  I.            KESIMPULAN

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa mahkluk hidup salah satunya adalah serangga sangat bergantung pada oksigen sebagai sumber pernafasan mereka. Karena jika mereka tidak mendapatkan oksigen maka mereka tidak bisa hidup. Terbukti dari belalang di percobaan diatas, walaupun sudah dimasukkan kedalam botol yang tertutup rapat, ia tetap berusaha mencari oksigen .


II.            DAFTAR PUSTAKA





Anatomi Bufo Marinus

I.          TUJUAN
Menganalisis anatomi katak (Bufo marinus)

II.        DASAR TEORI

Kingdom                      :Animalia (Hewan)           
Phylum                                    :Chordata (Memiliki penyokong tubuh dalam)                    
Class                            :Amphibia (Hidup di dua alam)                   
Ordo                            :Anura                 
Family                         :Bufonidae                         
Genus                          :Bufo                    
Subgenus                     :Rhinella                              
Species                                    :Bufo marinus


Amphibi merupakan kelompok hewan dengan fase daur hidup yang berlangsung di air dan di darat. Amphibi mempunyai kulit yang selalu basah dan berkelenjar, berjari 4-5 atau lebih sedikit, tidak bersirip. Mata mempunyai kelopak yang dapat digerakkan, mata juga mempunyai selaput yang menutupi mata pada saat berada dalam air. Pada mulut terdapat gigi dan lidah yang dapat diulurkan. Pada saat masih kecil (berudu) bernafas dengan insang. Setelah dewasa bernafas dengan menggunakan paru-paru dan kulit. Suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan. Warna katak bermacam-macam dengan pola yang berlainan, yaitu:
1.        Melanopora, berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna                                 hitam atau cokelat.
2.        Lipopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning.
3.        Gaunopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna biru hijau.

Reproduksi amphibi berlangsung dengan perkawinan eksternal. Tubuhnya mempunyai sistem urogenial artinya saluran kelamin dan saluran eksresi bergabung satu dalam kloaka. Amphibi dibagi menjadi 3 ordo:
1.        Stegoephalia, memiliki tulang tengkorak dan tulang pipi. Kebanyakan                                 sudah punah dan menjadi fosil. Stegoephalia yang masih hidup sampai                       sekarang yaitu Ichtyopsis (bentuk seperti cacing tanpa kaki).
2.        Caudata, tubuhnya dapat dibedakan antara kepala leher dan ekor.
3.        Tubuh terdiri atas kepala dan leher yang menyatu. Sering tidak berleher,                           tidak berekor. Kaki belakang lebih besar dibandingkan dengan kaki                            depan. (Pecell, 2012).

Banyak sekali diantara kita yang masih belum bisa membedakan antara katak dengan kodok. Katak betubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tidak berekor. Katak umumnya berkulit halius, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sedangkan kodok berkulit kasar berbintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering dan kaki belakangnya sering pendek sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya (Anonim, 2012).

Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis. Mekanisme pernafasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup. Katak memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan. Mekanisme pernafasannya diatur oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang saling berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan pompatekan. Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Sebagian besar dikeluarkan melalui kulit laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa keluar, sejumlah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal inilah yang mungkin menyebabkan amphibia tidak dapat di darat sepenuhnya (Prawiro, 1999: 34).

Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Kelenjar pencernaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran pencernaan mulai dari esophagus yang sangat pendek, terdiri dari kontraksi yang kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar yang lebar. Setelah usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang pelepasan (Kastowo, 1984).

Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada peredaran darah ganda, darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke jantung, kedua darah dari seluruh tubuh menuju jantungdan di edarkan kembali keseluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu atrium kiri, kanan dan ventrikel. Diantaranya atrium dan ventrikel terhadap klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke atrium (Kimball, 1991).

Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak dapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit pada katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa, kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas (Iskandar, 1998).

III.      METODE PENELITIAN

1.        Alat dan Bahan:
Katak (Bufo marinus)
Alat bedah
Papan lilin
Alkohol

2.        Prosedur Kerja:

Pertama-tama, siapkan segala alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian katak diberikan kapas yang sudah ditetesi kloroform agar katak tersebut pingsan dan tidak berdaya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan kita dalam proses pembedahan. Setelah itu katak diletakkan diatas papan lilin dengan posisi perut menghadap keatas. Potong bagian kloaka sampai dekat leher secara melintang lalu buka seperti jendela. Jika sudah terlihat organ-organnya, keluarkan organ tersebut hingga seluruh organ dapat terlihat dan dapat diidentifikasi.
Jika sudah selesai, buang katak dan sampah-sampah lainnya ke tempat sampah. Kemudian cuci semua peralatan yang tadi digunakan sampai bersih. Cuci juga tangan anda dengan sabun. Setelah itu boleh dicuci lagi dengan alkohol agar tidak tercium bau lagi.

3.        Safety Skill and Thinking Skill:
Mengidentifikasi
Menganalisis

Menjelaskan
IV. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan







Pada foto-foto ini terlihat kami sedang membedah isi perut katak percobaan tersebut, didalamnya terdapat lemak, lambung, usus, kloaka, kantung empedu, dll. Kami juga berhasil mendapatkan jantung katak yang masih berdenyut



I.          KESIMPULAN
     Dari hasil pembedahan kami, kami menggunakan katak karena katak bertubuh halus dan berlendir. Pertama-tama kita membedah bagian kulit terlebih dahulu baru bagian daging dari katak tersebut. Setelah bagian daging terbuka, kita dapat melihat bagian dalam tubuh katak. Bagian tubuh katak yang kami lihat antara lain usus, lemak, alat kelamin, lambung, dll. Di dalam tubuh katak pun kita menemukan bahwa jantung katak masih dapat memompa darah dan masih berdetak.

II.        DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Anatomi Katak. http://www.blogspot.com
Iskandar. Amphibi Biologi. Bogor: Erlangga, 1998.
Kastowo. Anatomi Komparativa. Bandung: Erlangga, 1984.
Pecell. Anatomi Tubuh Amphibia. http://pecell.blogspot.com
Prawiro, A. Biologi. Semarang: CV Regina, 1999.


Struktur Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio)

I.         Tujuan

Menganalisis anatomi ikan Cyprinus carpio.

II.       Dasar Teori

a.        Klasifikasi Ikan Mas

Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Actinopterygii
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Cyprinus
Spesies                        : Cyprinus carpio

b.        Anatomi Ikan

Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan caudal, diantara mana tidak ada batas yang nyata sebagai batas antara caput dan truncus dipandang tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor dipandang anus. Ikan-ikan yang dapat berenang cepat berbentuk seperti torpedo. Tetapi Cyprinus lebih pendek, lebih pipih kearah bilateral dan lebih lebar ka arah dorsoventral (Radiopoetra, 1996)
Tubuh ikan dibagi atas tiga bagian, yaitu bagian kepala yang terdiri atas operkulum bertulang yang             mengelilingi atau melindungi insang, bagian tubuh yaitu bagian mulai dari operkulum sampai anus, dan bagian ekor yaitu bagian anus dan bagian posterior (Lytle dan John, 2005).
Pada bagian kepala ikan mas terdapat lubang mulut (moncong) yang dapat ditarik ke belekeng. Pada moncong terdapat tulang premaksila yang letaknya paling depan, maksila yang letaknya pada bagian belakang moncong, adimaksila yang letaknya pada bagian dorsal dan dentale yang merupakan tulang yang menyokong rahang bawah. Terdapat pula lekuk hidung yang letaknya disebelah atas di belakang mulut yang berfungsi sebagai indra penciuman. Mata yang terletak disebelah belakang lekuk hidung agak ke atas dan tidak mempunyai kelopak mata. Tutup insang yang tersusun dari empat potongan tulang yaitu operkulum (berupa tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal), preoperkulum (berupa tulang sempit yang melengkung seperti sabit dan terletak di bagian depan), interoperkulum (merupakan tulang sempit yang terletak diantara operkulum dan preoperkulum), serta tulang keempat yang dinamakan suboperkulum. Terdapat pula membrana brankhiostegi yaitu berupa selaput tipis yang melekat pada pinggiran tulang tutup insang sebelah belakang (Djunanda, 1982).


1. Caput           (kepala)
            Bagian caput atau kepala terdapat tulang operculum yang menutupi         insang dan saluran besar. Bagian kepala terdiri dari 2 lubang hidung, 2 mata besar , mulut dan gigi. Tulang operculum menutupi insang pada             setiap sisi kepala. Setiap operculum memiliki 4 insang. Operkulum            melekat di bagian dorsal kepala. Namun terbuka pada bagian belakang          (bagian lebih ventral) (Lytle, 2005).

2.Truncus         (badan)
            Sistem urogenital. Bagian vebtral terdapat anus dan lubang           urogenbital. Sistem urogenital. Bagian vebtral terdapat anus dan lubang urogenital. Cyprinus carpio betina memiliki satu lubang           urogenital, namun jantannya lubangnya terpisah antara lubang geniotal          dengan lubang urinnya. Terdapat a siripnya bersinar / mengkilap dan            dilapisi membrane yang licin. Sirip berfungsi menjaga kestabilan ikan dan mengatur pergerakannya. Pada setiap ikan, operkulumnya timbul      lateral line yang merupakan system organ sensori khusus yang dapat mendeteksi getaran dan arus dalam air yang terdapat disepanjang belakang mata sampai ekor. Organ ini dapat membantu ikan dalam menghindari predator dan melewati rintangan dalam air (Lytle, 2005).

3. Caudal         (ekor)
            Bagian ini merupakan perpanjangan dari anus ke bagian posterior. Umumnya, bentuk ekor tidak simetris, dengan bagian dorsal yang panjang dan cuping vebntral kecil yang dipisahkan oleh takik. Bentuk ekornya homocercal, memiliki rongga yang sama dan muncul secara simetris (Kardong, 2002).
           Kulit memproduksi sisik yang menutupi permukaan tubhnya. Setiap sisik dibentuk dalam kantung epidermis. Tumbuhnya terus-menerus selama ikan tersebut masih hidup dan tidak mengalami regenerasi apabila mengalami kerusakan atau hilang. Waktu pertumbuhannya bergantung pada simpanan material baru disekitar pinggir atau tepi insang, sehingga ilmuwan dapat mengetahui umur ikan tersebut dari lingkaran atau cincin pada     sisik (Lytle, 2005)
            Sisik pada ikan ini termasuk tipe teleost, yang tidak memiliki enamel, dentin dan lapisan pembuluh tulang, hanya memiliki berkas lamelarnya saja. Terdapat dua macam sisik teleost yang dikenali, yaitu cycloid dan ctenoid. Cycloid tersusun dari cincin konsentris atau circuli. Sedangkan sisik ctenoid dengan pinggiran yang keras sepanjang tepi posterior. Circuli yang baru, terletak dibawah., seperti lingkaran         tahun pada pohon yang dapat dijadikan suatu bukti untuk melihat umur dari ikan yang akan diamati (Kardong, 2005).
            Tipe sisik cycloid dan ctenoid banyak ditemukan pada ikan bertulang keras (Teleostei). Bagian antertior pada setiap sisik biasanya tertumpuk oleh bagian posterior dari sisik depan. Susunan ini menyebabkan ikan lebih fleksibel daripada ikan yang memiliki tipe sisik ganoid dan cosmoid. Sisik cycloid memiliki tepi posterior yang halus, namun tidak memiliki “ctenii”. Cycloid berasal dari kata      “cycla” yang berarti lingkaran. Sisik cycloid dan ctenoid memiliki          dua bagian utama, yaitu lapisan bertulang, yang terdiri dari kerangkan organic yang berisi dari kebanyakan kalsium dan garam serta lapisan           serat yang lebih dalam yabg sebagian besar tersususn atas kolagen (Amonline, 2008). Sirip, sisik dan beberapa tulang menunjukkan dermal eksoskeleton. Lokasi tulang aksial terdiri dari tulang tengkorak, columna vertebralis, tulang rusuk, dan sirip medial. Sedangkan tulang apendikular terdiri dari pengikat dada, sirip dada, dan bagian pelvic.     Sistem kerangka. Bentuk tulang belakang pada Cyprinus carpio adalah silinder, pada bagian dorsal terdapat lengkung syaraf. Sisik, sirip ikan pari dan tulang dari tengkorak merupakan anggota dari dermal eksoskeleton, namun struktur pendukung utama tubuh terdiri dari tulang-tulang eksoskeleton. Axial eksoskeleton terdiri bdari tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, dan sirip bagian tenga. Bagian caudal dari tulang belakang memiliki lengkung darah sentral yang dilewati arteri dan mensupport darah pada tulang punggung. Viseral skeleton dibentuk dari tulang rawan / kartilago dan kemudian berubah menjadi tulang keras yang mendukung sirip. Tubuh Cyprinus carpio terdiri dari tujuh pasang lengkiung visceral yang lengkung         teratas berhubungan dengan tengkora, lengkung kedua untuk mendukung lidah dan keempat lengkung lainnya mendukung sirip.    Sistem Otot. Otot tubuh pada Cyprinus carpio mengalami segmentasi (myotome). Kontraksi myotome dihasilkan akibat kelenturan bagian tubuh yang membantu berenang. Antar myotome dorsal dan ventral dipisahkan oleh septum septum transversum disebut otot epaksial dan segmen oto ventral ke septum transversum disebut otot hepaksial.        Sistem sirkulasi. Cyprinus carpio memiliki dua ruang pada jantungya, yang tersusun dari dinding tipis pada atrium dan yang tebal pada vetrikel otot. Darah mengalir dari sinus venosum ke atrium dan dari atrium ke ventrikel otot. Kontaksi ventrikel otot memaksa darah masuk ke dalam conus arteriosus yang kecil dan keluar melaui ventral aorta pendek dan menuju ke insang melalui empat pasang brachial arteries yang berbeda.

Sistem Syaraf. Sistem syaraf pada ikan bertulang terdiri dari dua bagian utama, yaitu Sistem syaraf pusat (otak dan tulang belang) dan system syaraf tepi.(syaraf yang menghubungkan otak dan tulang belakang dengan             bagian lain dari tubuh). Otak pada Cyprinus carpio dewasa terdiri dari lima bagian utama, yaitu telensephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon,. Dan myelencephalon. Sistem pencernaan. Rongga             peutorial terdiri dari lambung, hati dan organ pencernaan. Rongga peukardial terletak pada anterior ruang peutorial. Pada bagian peritorium yang dipotong, dapat dilihat hati, bagian bawahnya terdapat esophagus, lambung, usus halus di bagian anterior usus bawahnya terdapat usus besar dan bagian akhir terdapat anus (Lytle, 2005). 
1.        Insang
2.        Kantung Udara
3.        Weberian Ossicles
4.        Telinga
5.        Jantung
6.        Otak
7.        Liver
8.        Usus
9.        Ginjal
10.    Limfa

11.    Empedu

III.         Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan adalah kualitatif, karena tujuannya adalah menganalisis anatomi ikan dan tidak membahas soal angka maupun statistik.

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan, alat bedah, papan lilin, dan alkohol.

Prosedur Kerja :
1.    Menyiapkan dan Bersihkan alat-alat bedah dengan akohol lalu dikeringkan.
2.    Letakkan ikan di atas papan lilin, kemudian tusuk bagian                                                     otak agar ikan tak berdaya.
3.    Setelah itu barulah mulai memotong dengan menusuk bagian anusnya dengan     gunting runcing, kemudian potong dari bagian anus ke depan (dekat kepala).
4.    Gunting dari bagian anus ke atas sampai kira-kira setengah                                                            tubuh lalu potong ke kiri (arah dekat kepala) kemudian                         potong bagian tersebut          sampai organ-organ dalam terlihat lalu lepaskan   daging yang dipotong tersebut.
5.    Setelah selesai mengamati organ-organ dalam ikan tersebut.
6.    Melihat apakah jantung dari ikan tersebut masih berdetak atau tidak.
7.    Setelah selesai mengamati ikan tersebut, kami lalu membersihkan segala alat                 dan bahan yang telah digunakan saat praktikum.

Safety and Thinking skill:
i.          Mengidentifikasi
ii.        Menganalisis
iii.      Menjelaskan
IV. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


















Gambar-gambar diatas adalah gambar proses kami memotong ikan sampai terlihat organ-organ dalamnya.

V.         Kesimpulan

Ikan mas atau ikan yang bernama latin Cyprinus carpio ini terdiri dari organ-organ yang umumnya juga dimiliki ikan-ikan lainnya seperti insang, kantung udara, lambung, usus, ginjal, liver, jantung, otak, dll.

VI.       Daftar Pustaka

Helfman, G.S., B.B. Collete., D.E. Facey. 1997. The Diversity of Fishes. Blackwell Science. Massachusetts. USA.
Hickman, C.P., L. S. Roberts dan A. Larson. 2003. Animal Diversity. McGraw-Hill Companies, Inc.: North America.
Lytle, C.F., J. R. Meyer. 2005. General Zoology. McGraw-Hill Companies. New York.Sci. 2008. Scale Fishes. 
Lytle,Charles,John R. Meyer (I),2005,General Biology, New York, Mc. Graw Hill Higher Education
Lytle,Charles,John R. Meyer (II),2005,General Zoology Laboratory 14th edition, New York, Mc. Graw Hill Higher Education